Makanan cepat saji adalah makanan yang dapat disajikan dengan cepat. Saat ini makanan cepat saji semakin banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Hal itu disebabkan oleh semakin banyaknya penduduk berusia produktif di Indonesia yang memiliki banyak pekerjaan. Sehingga mereka memilih untuk tidak membuang waktu dalam segala aspek. Namun, ada beberapa dampak dari mengonsumsinya.
Pertama, makanan cepat saji adalah makanan yang mengandung kadar lemak yang cukup tinggi. Jika anda mengonsumsi makanan jenis ini terus menerus maka jangan heran jika beberapa lama setelahnya anda melihat timbangan dan melihat berat badan anda telah bertambah. Selain merusak penampilan, kadar lemak yang tinggi juga akan mengganggu sistem peredaran darah anda dengan cara lemak tersebut akan menyumbat pembuluh darah anda. Sehingga resiko anda dalam terkena penyakit kardiovaskuler menjadi lebih besar.
Kedua, makanan
cepat saji akan dibuat dengan penampilan menarik dan porsi yang terlihat lebih
besar dengan cara menyuntikkan bahan kimia. Hal ini juga akan memengaruhi
kesehatan dengan menimbulkan penyakit-penyakit seperti kanker. Salah satu bahan
kimia yang biasa disuntikkan pada fastfood adalah BHA ( Butylated Hydroxyanisole
). Zat ini adalah zat pengawet dan penstabil yang sangat berbahaya. Klasifikasi
zat ini sebagai zat yang sangat berbahaya ( high hazard ) dilakukan oleh
Environmental Working Group ( EWG ).
Environmental
Working Group menambahkan bahwa sesedikit apapun kadarnya, dapat menyebabkan
penyakit kanker bagi manusia. Hal itu disebabkan karena zat ini adalah salah
satu dari sekian banyak zat karsinogen. Selain itu Environmental Working Group
juga mengatakan bahwa zat ini juga bisa mengakibatkan kerusakan pada system
metabolisme endokrin, system reproduksi, pertumbuhan tubuh, daya tahan tubuh,
serta system syaraf pada tubuh manusia.
Kemudian ada
zat berbahaya lain yang biasanya dapat ditemui dalam minuman-minuman dari
fastfood semisal lemon tea, orange juice, dan lain-lain. Zat tersebut adalah
aspartame yang biasanya digunakan sebagai pemanis buatan. Mungkin beberapa
orang tidak akan menganggap zat ini berbahaya. Namun, riset ilmiah dapat
membantah anggapan tersebut.
Melawan klaim
yang mengatakan bahwa aspartame akan membantu mencegah diabetes, justru
penelitian menunjukkan bahwa aspartame memiliki tingkat kemanisan yang
berkali-kali lebih tinggi daripada gula. Hal tersebut akan merangsang hormon dopamine dalam tubuh kita yang akan
menimbulkan rasa ketagihan. Sehingga kita akan terus meminum minuman yang
mengandung aspartame tersebut. Alih-alih mencegah diabetes, justru aspartame
akan membuat si pengonsumsi terkena obesitas dan beberapa penyakit lain yang di
antaranya termasuk diabetes.
Melihat beberapa dampak negative yang ada,
sepertinya kita harus selalu berhati-hati dalam memakan makanan cepat saji atau
fastfood. Sebab jika tidak, resiko kita dalam terkena penyakit-penyakit seperti
jantung koroner, stroke, diabetes, dan kanker akan semakin membesar.